Libra168 Rumah tua itu berdiri di tengah padang ilalang, jauh dari keramaian kota. Dengan dinding kusam, jendela yang retak, dan pintu yang berderit, rumah tersebut sering dianggap angker oleh penduduk sekitar. Namun, bagi seorang gadis bernama Nina,
rumah itu adalah tempat pelarian.
Setiap sore, ia akan duduk di bangku reyot di depan rumah tua itu, membawa buku catatan kecil dan pensil. Baginya, rumah itu adalah tempat di mana imajinasinya bebas melayang, jauh dari tekanan kehidupan sehari-hari. Tetapi, suatu hari, saat matahari tenggelam, Nina menyadari ada sesuatu yang berbeda.
Panggilan dari Rumah Tua
Hari itu, senja terasa lebih gelap dari biasanya. Saat Nina duduk di bangku, ia merasa seolah-olah ada yang memperhatikannya dari dalam rumah. Sebuah jendela di lantai atas terbuka perlahan, meskipun tidak ada angin.
"Nina..."
Suara itu samar, hampir seperti bisikan, tetapi cukup untuk membuatnya menoleh. Tidak ada siapa-siapa di sana, tetapi perasaan itu tetap ada—seolah-olah rumah itu memanggilnya.
Nina, yang selalu penasaran, berdiri dan mendekati pintu depan. Ia ragu sejenak, tetapi dorongan untuk masuk lebih kuat daripada rasa takutnya.
Penjelajahan di Dalam Rumah
Begitu Nina melangkah masuk, aroma kayu tua dan debu menyergapnya. Ruangan itu gelap, tetapi ia bisa melihat sekilas perabotan yang tertutup kain putih dan lantai yang berderit di setiap langkah.
Ia berjalan menyusuri lorong panjang yang dipenuhi lukisan-lukisan tua. Wajah-wajah dalam lukisan itu tampak nyata, seolah-olah mereka mengamatinya.
Namun, langkahnya terhenti di depan sebuah pintu yang berbeda dari yang lain. Pintu itu terbuat dari kayu mahoni gelap dengan ukiran bunga yang rumit. Di tengah ukiran, ada sebuah kunci yang tampak bersinar samar di bawah cahaya remang-remang.
Mimpi yang Aneh
Ketika Nina menyentuh kunci itu, rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya. Ia mencoba melawan, tetapi tidak bisa. Dunia di sekitarnya memudar, dan ia terjatuh.
Ketika ia membuka mata, Nina mendapati dirinya berada di tempat yang berbeda. Rumah tua itu kini tampak baru, dengan dinding bercat putih bersih dan perabotan mewah. Ia mendengar tawa anak-anak dan suara piano yang lembut.
Nina melangkah ke ruang tamu dan melihat seorang gadis kecil duduk di depan piano. Gadis itu tersenyum kepadanya, tetapi senyumnya terasa aneh, hampir terlalu sempurna.
"Siapa kamu?" tanya Nina.
"Aku adalah bagian dari rumah ini," jawab gadis itu. "Kau telah memasuki mimpiku."
Nina bingung, tetapi gadis kecil itu melanjutkan, "Dulu, rumah ini penuh dengan kebahagiaan, tetapi semuanya hilang. Aku terjebak di sini, bersama kenangan yang tidak pernah bisa pergi. Kau adalah orang pertama yang mendengar panggilanku."
Rahasia di Balik Rumah
Gadis kecil itu membawa Nina ke sebuah ruangan besar yang penuh dengan cermin. Setiap cermin menunjukkan pemandangan yang berbeda—sebuah pesta dansa, keluarga yang tertawa bersama, dan akhirnya, sebuah kebakaran besar yang melahap rumah itu.
"Ini adalah apa yang terjadi," kata gadis itu. "Aku tidak bisa melarikan diri dari mimpi ini. Api itu membakar segalanya, termasuk diriku. Tetapi kenangan rumah ini tetap hidup, dan aku terikat padanya."
Nina merasa sedih mendengar cerita itu. "Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu?" tanyanya.
"Kau harus menemukan kunci emas," kata gadis itu. "Kunci itu akan membuka pintu menuju akhir mimpiku."
Perjalanan Mencari Kunci
Libra168 Nina menyusuri setiap sudut rumah tua dalam mimpi itu, mencari kunci emas yang disebutkan gadis kecil tersebut. Setiap ruangan menyimpan teka-teki yang harus ia pecahkan—sebuah piano yang harus dimainkan dengan melodi tertentu, sebuah buku tua yang menyembunyikan petunjuk, dan akhirnya, sebuah kotak kecil di dalam perapian.
Ketika Nina membuka kotak itu, ia menemukan kunci emas kecil dengan ukiran yang indah. Namun, begitu ia menyentuhnya, rumah mulai bergetar.
"Kembalilah ke pintu kayu mahoni!" suara gadis kecil itu terdengar, mendesak Nina untuk bergerak cepat.
Akhir Mimpi
Nina berlari kembali ke pintu kayu mahoni yang ia lihat sebelumnya. Dengan tangan gemetar, ia memasukkan kunci emas ke dalam lubangnya. Begitu pintu terbuka, cahaya terang menyinari ruangan, dan gadis kecil itu muncul di sisinya.
"Terima kasih," kata gadis itu dengan senyum lembut. "Kini aku bisa pergi."
Gadis itu perlahan menghilang dalam cahaya, meninggalkan Nina sendirian di depan pintu yang kini kosong.
Kembali ke Dunia Nyata
Libra168 Nina terbangun di bangku di depan rumah tua itu. Matahari telah terbit, dan rumah itu tampak seperti biasa—kusam dan sunyi. Namun, sesuatu terasa berbeda.
Ketika ia melihat ke lantai atas, jendela yang sebelumnya terbuka kini tertutup rapat. Di dalam hatinya, Nina tahu bahwa ia telah membantu menyelesaikan sesuatu yang telah lama terkubur dalam rumah tua itu.
Setiap kali ia melewati rumah itu, Nina merasa ada kehangatan yang samar, seolah-olah rumah itu berterima kasih kepadanya.
Dan sejak saat itu, Nina percaya bahwa setiap rumah, seberapa tua pun, menyimpan cerita dan jiwa yang hanya menunggu untuk ditemukan